oleh : Hervian Setyo Nugroho
Mahasiswa FKM UNDIP
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan definisi oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Pada prinsipnya, sampah adalah hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet, plastik, kaleng, dan logam merupakan bagian dari sampah kering. (Tim penulis PS, 2008)
Sampah telah menjadi permasalahan dunia. Ruang gerak manusia menjadi terasa kurang bebas karena adanya sampah. Jalan-jalan, pekarangan rumah, selokan, sungai, pasar, dan terminal adalah tempat bertumpuk-tumpuknya sampah. Meningkatnya jumlah sampah tidak diimbangi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengusahakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kebanyakan masyarakat masih sering membakar habis sampah atau menimbun sampah tersebut (Basriyanta, 2007). Padahal dengan membakar sampah akan menimbulkan polusi yang akan berakibat buruk pada kesehatan masyarakat. Selain itu, dengan menimbun sampah tanpa adanya pemilahan terlebih dahulu juga akan menimbulkan permasalahan baru. Tidak semua sampah dapat diurai oleh tanah. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak bisa terurai di dalam tanah. Plastik misalnya, dengan menimbun plastik membutuhkan jangka waktu yang sangat lama agar plastik dapat terurai. Sekalinya terurai, plastik akan melepas zat kimia yang akan mencemari kesuburan tanah.
Permasalahan lain yang muncul adalah tempat dan pengelolaan sampah yang kurang memadai atau pembuangan sampah yang tidak terkontrol merupakan tempat yang cocok bagi mikroorganisme untuk hidup dan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Disamping itu, kemampuan pemerintah untuk mendanai pengelolaan sampah juga masih sangat kurang. Kondisi ini mengakibatkan munculnya berbagai macam dampak dari sampah yang kian hari kian menumpuk (Basriyanta, 2007). Pertumbuhan sampah di Jakarta memasuki tahap kritis, dalam dua hari Jakarta menghasilkan sampah setara dengan besarnya Candi Borobudur (Detiknews, www.detiknews.com). Sampah berkaitan dengan perilaku manusia, karena permasalahan sampah sebanding dengan jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk suatu wilayah, semakin banyak juga sampah yang dihasilkan dan semakin rumit juga permasalahan sampah yang ditimbulkan.
Sampai dengan saat ini, sebagian besar sampah, baik sampah rumah tangga maupun sampah non-rumah tangga masih dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah itu dibuang apa adanya, belum atau tidak dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Pengelolaan sampah sebagian besar masih menimbulkan permasalahan yang sulit dikendalikan. Timbulan sampah yang tidak terkendali terjadi sebagai konsekuensi logis dari aktivitas manusia dan industrialisasi, di mana kemudian berdampak pada permasalahan lingkungan, seperti kesehatan masyarakat. Jumlah sampah yang diolah atau dikelola dengan benar, persentasenya masih sangat kecil, sebagian besar masih dibuang begitu saja.
DESA INDUSTRI SAMPAH
Pada satu sisi, sampah merupakan sumber utama polutan. Namun, disisi lain, apabila sampah dikelola secara benar dan tepat akan memiliki peluang untuk dimanfaatkan lebih lanjut dan bernilai ekonomi (Basriyanta, 2007). Sesuai UU No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, perlu memandang sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku industri; pengelolaan sampah dilakukan dengan kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah yang baik. Program yang baik adalah dengan melakukan 3R, Reduce (pengurangan sampah), Reuse (pemanfaatan kembali limbah), Recycle (mendaur ulang sampah). (Kompasmania, www.sosbud.kompasmania.com)
Menurut UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, penulis berusaha menawarkan solusi atas permasalahan yang ada dengan membentuk “Desa Industri Sampah”. Desa industri sampah bukan berarti desa yang akan menghasilkan sampah secara besar-besaran. Melainkan sebagai wujud cinta masyarakat terhadap tanah air Indonesia. Karena desa ini berusaha mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar. Dengan berkurangnya sampah akan membuat lingkungan menjadi bersih dan sehat. Dan dengan adanya lingkungan yang bersih dan sehat akan mengangkat derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut menjadi tinggi. Sehingga terwujud lingkungan dan masyarakat yang sehat. Tujuan desa industri sampah tidak hanya pada kesehatan masyarakat saja. Tetapi desa ini dapat menumbuhkan ladang perekonomian baru dan kesejahteraan masyarakat dapat di wujudkan. Karena desa industri sampah akan memanfaatkan sampah untuk diubah menjadi produk komersil dan dapat membantu perekonomian masyarakat di desa tersebut. Konsep dari desa industri sampah ada 2, yaitu Bank Sampah dan Bengkel Sampah.
Bank Sampah
Bank sampah ini mengusung konsep bank sampah “Gemah Ripah” yang terdapat di daerah Bantul, Yogyakarta. Aktivitasnya sama dengan bank pada umumnya, hanya di sini bukan uang yang disimpan atau ditabung, tetapi sampah. Yang membedakan bank sampah ini dengan bank sampah gemah ripah adalah sampah yang di tabung. Tidak hanya sampah yang masih mempunyai nilai ekonomis tetapi sampah yang tidak mempunyai nilai ekonomi dapat disetorkan ke bank sampah. Sampah non-ekonomis tersebut seperti sisa-sisa bahan baku masakan, kotoran ternak, dedaunan kering, dan lain sebagainya.
Pada saat nasabah menyetorkan sampah, nasabah mendapatkan bukti setoran dari teller yang kemudian di catat dalam buku tabungan. Harga sampah bervariasi tergantung jenisnya. Harga sampah non-ekonomis tentunya lebih murah dibandingkan dengan sampah ekonomis. Agar nominal tabungannya cukup besar nilai rupiahnya, tabungan baru dapat diambil 3 bulan sekali. Konsep ini diusung agar masyarakat mau menyetorkan sampahnya ke bank sampah, dan mendapatkan imbalan atas sampahnya. Dan dapat memotivasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membakarnya.
Di bank sampah juga terdapat kegiatan memilah sampah. Sampah-sampah yang dapat di manfaatkan dengan teknologi yang ada di masyarakat akan masuk ke bengkel sampah. Sedangkan sampah-sampah yang tidak bisa diolah masyarakat akan di jual ke pengepul. Sampah ini seperti logam, sampah plastik yang masih bening; belum pernah didaur ulang seperti gelas dan botol air mineral. Sampah yang akan dimanfaatkan menjadi produk komersil dipilah sesuai dengan kriteria. Kriteria tersebut misalnya antara lain :
• Plastik
o Botol plastik
o Gelas plastik
o Bungkus plastik
• Kaleng
• Kotoran ternak
• Kertas/kardus
• Sisa bahan baku masakan/sayuran
• Dedaunan kering
• Biji-bijian yang mengandung nilai gizi
• Dan sampah lain-lain
Setelah sampah dipilah sesuai dengan kriteria, sampah akan masuk ke bengkel sampah untuk diolah menjadi berbagai produk.
Bengkel Sampah
Konsep dari desa industri sampah yang kedua adalah bengkel sampah. Bengkel sampah merupakan tempat mengolah sampah menjadi produk-produk yang dapat dimanfaatkan. Produk-produk itu nantinya akan dijual maupun dipakai masyarakat itu sendiri. Beberapa produk yang dapat dihasilkan antara lain :
• Biogas
Biogas dibuat dari kotoran ternak, misalnya dari kotoran sapi, kerbau dan kambing.
• Briket
Briket dibuat dari dedaunan kering yang dipres dan dibentuk tabung kecil-kecil.
• Bioethanol
Bioethanol dapat dibuat dari bahan organik yang mengandung pati, selulosa, dan amilum. Bahan baku bioethanol adalah bonggol pisang yang sudah ditebang. Bonggol pisang mempunyai kandungan amilum yang tinggi.
• Lampion/lampu hias
Lampion/lampu hias ini dibuat dari botol plastik yang berwarna.
• Tirai hias
Tirai hias dibuat dari gelas plastik yang beraneka ragam warna.
• Bantal, tas, tempat pensil.
Bantal dibuat dari kain yang diisi dengan potongan-potongan bungkus plastik. Sedangkan tas dan tempat pensil dibuat dari bungkus plastik yang disambung.
• Kompos
Dibuat dari sisa bahan baku masakan. Kompos sangat berguna untuk menghasilkan sayuran organik.
• Aksesoris daur ulang kertas/kadus
Aksesoris daur ulang kertas bisa berupa bingkai foto, tempat pensil, cover buku, dan lain-lain. Dan juga bisa dimanfaatkan sebagai souvenir.
• Olahan Makanan
Sampah bisa disulap menjadi olahan makanan. Olahan makanan ini berbahan baku dari biji-bijian yang mengandung nilai gizi. Biji nangka, biji karet, dan biji durian misalnya. Biji-bijian tersebut dapat diolah menjadi kripik, susu, bahkan menjadi tepung sebagai pengganti bahan baku pembuat roti.
• Dan produk-produk lain yang bermanfaat.
Setelah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis, produk tersebut dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan finansial. Sehingga dapat menjadi sumber perekonomian baru di masyarakat.
Untuk terwujudnya desa industri sampah, perlu adanya dukungan dari pemerintah dengan menyediakan modal usaha. Modal usaha tersebut digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan untuk memproduksi barang-barang dari sampah. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga ada pihak-pihak yang dapat memberi informasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan sampah. Pihak-pihak tersebut salah satunya mahasiswa.[]
* Esai ini telah diikutsertakan dalam Kompetisi Esai Mahasiswa (KEM) 2010 "Menjadi Indonesia" yang diadakan oleh Tempo Institute dan lolos dalam 20 Esai Terbaik.
"Desa Industri Sampah" sebagai Wujud Cinta Tanah Air
Selasa, September 07, 2010 |
Label:
Esai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar