L.A.N.J.U.T.A.N H.A.R.I P.E.R.T.A.M.A
Setelah materi yang diberikan Ate, selanjutnya kita memasuki materi baru. Sebenernya sih ini bukan materi, tapi sharing bareng Monica (Aliansi Menjadi Indonesia). Pertemuan itu diawali dengan memutar video “Menjadi Indonesia”.
Seusai menonton video, alumni KEM 2009 men-share mengenai apa itu menjadi Indonesia yang ada di video itu. Berikut hasil yang bisa aku catat.
Mbak Nanung: “Setelah melihat video ‘menjadi indonesia’ tidak membuat efek apapun pada dirinya (tidak bisa merasakan apa yang ada di video itu), tapi setelah ia melakukan penelitian ia baru bisa merasakan apa yang dirasakan oleh aliansi menjadi Indonesia dalam video itu”.
Mas Cholis: “Mahasiswa itu bersifat reaktif. Mahasiswa hanya bisa demonstrasi yang ada pada umumnya berakhir anarkis. Demonstrasi dilakukan pada waktu masalah itu lagi dalam puncak-puncaknya. Tetapi tidak bisa membantu mengatasi masalah tersebut dari awal munculnya masalah”.
Kemah Menulis dan Leadership Part 3
Kemah Menulis dan Leadership Part 2
H.A.R.I. P.E.R.T.A.M.A.
2.4 O.k.t.o.b.e.r 2.0.1.0
Setelah menempuh perjalanan yang panjang bertemu dengan para peserta kemah menulis di Tempo Institute, kami bergegas menuju Wisma Tempo Sirnagalih (WTS) di Megamendung, Puncak Bogor. Perjalanan dimulai sekitar pukul 9 pagi. Dengan menggunakan bus berukuran sedang kami berangkat menuju WTS. Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam. Dalam perjalanan aku hanya heran melihat ibu kota yang semakin padat itu. Melihat tanaman beton yang tumbuh subur dan menghabiskan lahan hijau. Merasakan kemacetan yang dulu hanya ku lihat di mesin box. Dalam benak ku muncul sebuah pertanyaan, “Kenapa semua orang mengidam-idamkan kerja di ibu kota??? Padahal kondisi ibu kota yang sudah tidak cocok untuk kelangsungan hidup (menurut ku sih..hehe).Jikalau aku diberi kesempatan untuk bekerja di ibu kota, mungkin aku akan menolak. Aku tak sanggup merasakan kemacetan yang panjang tiap hari. Di semarang aja kalau terjebak macet sebentar bisa emosi. Apalagi ini, di ibu kota yang macetnya lammmmaaa. Yang tadinya bisa ditempuh seperempat jam jadi dua jam. Bisa-bisa aku jadi Gila!!. Hmmm… jadi ngelantur kemana-mana…
Enzim Alternatif Berbahan Baku Kacang Hijau Sebagai Bahan Hidrolisa Kulit Pisang Menjadi Bioethanol
PKM-Penelitian
Oleh : Hervian, Budi Ajeng, Amalina, Faqihani
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
LATAR BELAKANG MASALAH
Tingginya harga minyak tanah pasca dihapuskannya subsidi, menyulitkan kelompok industri serta masyarakat menengah ke bawah untuk mendapatkan bahan bakar yang murah dan praktis. Awal tahun 2007 lalu, pemerintah meluncurkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Kebijakan ini diyakini akan menghemat anggaran subsidi pemerintah sampai 40 triliyun. Pada dasarnya program ini bertujuan untuk mengganti penggunaan kompor minyak tanah dari masyarakat yang dianggap sebagai salah satu sumber pemborosan anggaran negara, menjadi penggunaan kompor gas elpiji yang lebih murah. Lebih lanjut dikatakan bahwa penggunaan minyak 1 liter sama dengan 0,4 kg gas elpiji. Hingga 3 kg gas elpiji seharga Rp 12.750 akan setara dengan minyak tanah 7 liter seharga Rp 17.500. Maka dengan penggunaan 3 kg gas elpiji, rakyat diharapkan akan menghemat lebih kurang Rp 4750. Angka yang kecil, tapi apabila terlaksana akan sangat membantu mengurangi anggaran subsidi pemerintah.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah. Akhir-akhir ini banyak terjadi ledakan gas elpiji di berbagai daerah, sehingga masyarakat khawatir dan mereka berfikir untuk kembali beralih pada minyak tanah. Padahal, jumlah minyak tanah sangat langka untuk diperoleh serta harganya jauh lebih tinggi dari gas elpiji, dan tidak semua lapisan masyarakat bisa menjangkau harga tersebut. Ada sekelompok masyarakat yang beralih menggunakan kayu bakar lagi, tetapi hal itu sepertinya tidak memungkinkan apabila dilakukan di daerah perkotaan. Kalaupun dilakukan, hanya akan menambah polusi udara yang sudah berlebih di daerah perkotaan.
Oleh karena itu, perlu adanya alternatif bahan bakar untuk mengganti minyak tanah. Salah satu alternatif bahan bakar tersebut adalah bioethanol. Bioethanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Dan produksi bioethanol dari bahan yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) salah satunya dengan metode enzimatis. Metode enzimatis merupakan metode yang digunakan untuk mengubah pati menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase dapat diperoleh dari perkecambahan kacang hijau. Glukosa yang diperoleh dari hasil hidrolisis, selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioethanol.
Bioethanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia. Bahan baku bioethanol terbagi menjadi tiga, yaitu bahan berpati, bahan bergula dan bahan selulosa. Bahan baku bergula misalnya tebu, nila dan aren. Sedangkan bahan berpati misalnya ubi kayu, sagu, jagung, biji sogun dan kentang manis. Bahan ini umumnya dimakan oleh manusia dan jika digunakan sebagai bahan baku bioethanol, dikhawatirkan akan menganggu ketahanan pangan nasional.
Kemah Menulis dan Leadership Part 1
P.E.R.S.I.A.P.A.N.
Malam itu, aku mempersiapkan semua perlengkapan yang akan dibawa ke Jakarta-Bogor. Semua perlengkapan. Dari baju, celana, peralatan mandi, maupun alat tulis. Disela-sela aku mempersiapkan diri, dalam pikiranku terawang-awang “besok gimana ya aku..?? ke Jakarta sendirian untuk pertama kali??..” (lebay mode:on) ya..memang sebelumnya aku belum pernah ke Jakarta sendirian, biasanya ke Jakarta bareng orangtua itupun cuma ke sanak keluarga. Hingga larut malam aku belum selesai mempersiapkan semua. Akhirnya aku lanjutkan besok pagi.
Pagi menjelang, matahari telah muncul dari persembunyiannya. Aku melanjutkan pekerjaanku, mempersiapkan perlengkapan kemah menulis dan leadership. Sang surya telah sampai pada tingkat yang tinggi, oke pekerjaan ku telah selesai. Tinggal menunggu saatnya tiba.
Tirtonadi, Solo. Terminal dimana aku naik bus yang akan mengantarkan aku ke Jakarta tepatnya sampai terminal Lebak bulus. Sabtu, 23 Oktober 2010 pukul 16.30 WIB aku bertolak ke Jakarta dari terminal solo. Dalam perjalanan sering ku jumpai kemacetan yang panjang di perjalanan menuju semarang. Sudah menjadi kebiasaan kemacetan di jalan itu. Hampir tiap hari terjadi kemacetan, apalagi akhir pecan. Gak nahan deh macetnya. Perjalanan solo-Semarang ditempuh selama 4 jam. Dan selama itu, aku menghabiskan dua buah arem-arem yang aku bawa dari rumah sebagai bekal di bus. Saking lamanya, akhirnya aku tertidur. Tak lama kemudian, bus berhenti di tempat istirahat biasanya. Rumah makan. Semua penumpang turun termasuk aku. Dan semua penumpang makan di rumah makan itu, tetapi aku tidak. Aku justru mampir ke toilet rumah makan itu untuk mengurangi beban dalam perutku yang selama di bus tadi membuat perutku sakit. Hmmm..
"Sarapan Itu Penting"
Oleh: Hervian (pianhervian)
*diilhami dari Pengalaman Pribadi yang dimodifikasi...hhahhhaaaa
Hari jumat malam setelah adzan isya’ berkumandang, ponselku berdering menandakan telah diterimanya pesan singkat. Pesan tersebut dari ketua panitia diklatsar yang mengingatkan kalau besok pagi jam 7 aku dan sebagian panitia yang lain akan survey tempat di daerah Bandungan.
Keesokan hari, pagi-pagi buta aku terbangun karena jam alarmku yang berdering. Saat itu aku langsung bergegas untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Setelah itu, aku mempersiapkan diri untuk meluncur ke Pleburan dan berkumpul bersama panitia yang lain. Pagi itu aku belum sempat sarapan, karena aku merasa akan tahan tidak sarapan sampai siang hari. Dengan mengenakan kaos ‘study tour’ sewaktu SMA, celana jeans, sepatu yang biasa dipakai saat kuliah dan jaket berwarna biru aku langsung pergi ke Pleburan. Seperti biasanya aku menaiki motor silverku.
Sesampai di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo yang berada di Pleburan, aku memarkirkan motor dan mematikan mesinnya. Karena sudah terbiasa dengan teman-teman di PKM Joglo, aku pun langsung memasuki sebuah ruangan yang biasanya tempat koordinasi semua teman-teman se-organisasi denganku. Ketika memasuki ruangan itu, terlihat dua orang. Orang pertama Eko namanya, ia sedang tidur beralaskan tikar, dan berbantal tikar pula (Sungguh tragis sekali keadaannya…). Orang kedua Mas Dani, begitu aku memanggilnya. Ia sedang duduk dengan melihat televisi sambil sarapan berlauk mie instan. Saat itu jam menunjukkan pukul 07.15 WIB. Aku dengan rasa agak kecewa menunggu panitia yang akan survey. Kecewa karena kebiasaan orang Indonesia yang terkenal dengan jam karet. Sambil menunggu aku mengirimkan pesan singkat ke semua panitia agar dipercepat untuk berkumpul di PKM Joglo.