PKM-Penelitian
Oleh : Hervian, Budi Ajeng, Amalina, Faqihani
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
LATAR BELAKANG MASALAH
Tingginya harga minyak tanah pasca dihapuskannya subsidi, menyulitkan kelompok industri serta masyarakat menengah ke bawah untuk mendapatkan bahan bakar yang murah dan praktis. Awal tahun 2007 lalu, pemerintah meluncurkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Kebijakan ini diyakini akan menghemat anggaran subsidi pemerintah sampai 40 triliyun. Pada dasarnya program ini bertujuan untuk mengganti penggunaan kompor minyak tanah dari masyarakat yang dianggap sebagai salah satu sumber pemborosan anggaran negara, menjadi penggunaan kompor gas elpiji yang lebih murah. Lebih lanjut dikatakan bahwa penggunaan minyak 1 liter sama dengan 0,4 kg gas elpiji. Hingga 3 kg gas elpiji seharga Rp 12.750 akan setara dengan minyak tanah 7 liter seharga Rp 17.500. Maka dengan penggunaan 3 kg gas elpiji, rakyat diharapkan akan menghemat lebih kurang Rp 4750. Angka yang kecil, tapi apabila terlaksana akan sangat membantu mengurangi anggaran subsidi pemerintah.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah. Akhir-akhir ini banyak terjadi ledakan gas elpiji di berbagai daerah, sehingga masyarakat khawatir dan mereka berfikir untuk kembali beralih pada minyak tanah. Padahal, jumlah minyak tanah sangat langka untuk diperoleh serta harganya jauh lebih tinggi dari gas elpiji, dan tidak semua lapisan masyarakat bisa menjangkau harga tersebut. Ada sekelompok masyarakat yang beralih menggunakan kayu bakar lagi, tetapi hal itu sepertinya tidak memungkinkan apabila dilakukan di daerah perkotaan. Kalaupun dilakukan, hanya akan menambah polusi udara yang sudah berlebih di daerah perkotaan.
Oleh karena itu, perlu adanya alternatif bahan bakar untuk mengganti minyak tanah. Salah satu alternatif bahan bakar tersebut adalah bioethanol. Bioethanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Dan produksi bioethanol dari bahan yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) salah satunya dengan metode enzimatis. Metode enzimatis merupakan metode yang digunakan untuk mengubah pati menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase dapat diperoleh dari perkecambahan kacang hijau. Glukosa yang diperoleh dari hasil hidrolisis, selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioethanol.
Bioethanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia. Bahan baku bioethanol terbagi menjadi tiga, yaitu bahan berpati, bahan bergula dan bahan selulosa. Bahan baku bergula misalnya tebu, nila dan aren. Sedangkan bahan berpati misalnya ubi kayu, sagu, jagung, biji sogun dan kentang manis. Bahan ini umumnya dimakan oleh manusia dan jika digunakan sebagai bahan baku bioethanol, dikhawatirkan akan menganggu ketahanan pangan nasional.
Bioethanol sebagai pengganti minyak tanah sangat relevan bagi industri dan masyarakat menengah ke bawah yang belum bias menjangkau penggunaan kompor gas. Bioethanol juga memiliki beberapa kelebihan, seperti nyala api berwarna biru seperti kompor gas sehingga lebih efisien dalam memasak, lebih murah, tidak mudah meledak dan lebih aman. Penggunaan bioethanol juga merupakan salah satu tindakan melestarikan alam karena merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan tujuan MDGs 2015 yaitu menjamin kelestarian lingkungan berkelanjutan.
PERUMUSAN MASALAH
Kulit pisang pada umumnya tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja. Kulit pisang mengandung karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi bioetanol sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, terutama sebagai pengganti minyak tanah.
Untuk itu perlu diketahui bagaimana pengaruh waktu hidrolisa pati oleh enzim amilase pada kecambah kacang hijau dan dosis kecambah kacang hijau terhadap kadar glukosa yang dihasilkan dan bagaimana pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Serta berapa jumlah glukosa dan kadar etanol optimum yang dihasilkan dalam proses tersebut.
TUJUAN PROGRAM
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh dosis enzim dan waktu hidrolisis pati oleh enzim amilase bersumber kecambah kacang hijau terhadap jumlah glukosa yang dihasilkan.
b. Untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar bioetanol.
c. Untuk mengetahui jumlah glukosa dan kadar etanol optimum yang dapat diperoleh dari hasil hidrolisis pati dan fermentasi kulit pisang.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan potensi enzim amilase yang berasal dari kecambah kacang hijau dalam menghidrolisis pati dari limbah kulit pisang. Sehingga limbah kulit pisang tersebut bisa diolah dan diproduksi sebagai bahan bakar bioethanol yang dapat dipasarkan serta menjadi alternatif bahan bakar di Indonesia yang mendatangkan keuntungan finansial dan membuka lapangan pekerjaan baru.
KEGUNAAN PROGRAM
1. Sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Memanfaatkan kecambah kacang hijau sebagai alternatif penyedia enzim amilase.
3. Memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan bioetanol sehingga meningkatkan nilai manfaat dan nilai ekonomisnya.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang produk hasil fermentasi kulit pisang yang memiliki nilai guna lebih.
Enzim Alternatif Berbahan Baku Kacang Hijau Sebagai Bahan Hidrolisa Kulit Pisang Menjadi Bioethanol
Sabtu, November 06, 2010 |
Label:
PKM Dikti
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar